Kamis, 28 Agustus 2014

(Terios 7 Wonders) Memahat Kembali Kopi Lahat

Kota Lahat adalah salah satu kota tua di Sumatera. Usia kota Lahat saat ini sudah mencapai 130-an tahun. Banyak sekali peninggalan peninggalan sejarah dalam bentuk megalitikum yang menunjukan keluhuran budaya Lahat.

Sejak zaman dulu, kopi merupakan salah satu unggulan penghasilan pada sektor perkebunan di kabupaten Lahat. Tanaman yang dapat dijumpai hampir di seluruh kecamatan ini menjadi urat penting ekonomi Kabupaten Lahat. Luas areal tanaman kopi sekitar 114.317 hektar dengan total produksi lebih dari 60.500 ton per tahun. Luas lahan maupun produksi kopi lahat yang terbesar di Sumatera Selatan. Seiring dengan banyaknya perkebunan kopi di Lahat, minum kopi di Lahat pun menjadi sebuah budaya. 

Lahat menjadi salah satu sentra kopi di Pulau Andalas. Namun Besarnya produksi kopi di Lahat tidak dibarengi dengan industri pengolahan kopi, maka kebanyakan pengepul memasarkannya ke luar Lahat, seperti ke Kota Palembang, Lampung, maupun Jawa.

Keterkenalan Lahat sebagai sentra kopi bermutu di Sumatera sempat dibuat tak nyaman. Banyak isyu tersebar bahwa Lahat tidak aman dan tak baik dikunjungi. Hal itu membuat degdegan tim Terios 7 Wonders yang mematok Lahat sebagai tujuan selanjutnya. 

Citra Lahat yang kurang aman masih mengiang di benak kami selama dalam perjalanan menuju lahat yang berliku.Untungnya Terios yang mengusung mesin 3SZ-VE 4 silinder memudahkan tim menjelajah menuju Lahat. Dan cerita atau mitos tentang Lahat tak terbukti ! Justu kami disambut oleh suasana Lahat yang bersahabat. Infrastruktur jalan baik dan penerangan menyambut tim Terios 7 Wonder dengan hangat. Terlebih setelah kami diterima oleh Bupati Lahat Haji Saifudin Aswari Riva’i dan staf, citra buruk itu hilang sudah. 

Di surganya kopi Lahat, warung kopi menjadi sarana untuk ngobrol dan mencari teman. Terbukti (lagi-lagi) setelah menyeruput secangkir kopi dan ngobrol ngalor ngidul, kami bisa langsung melihat cara pengolahan dari si penjual. Kamipun kian akrab, nongkrong bareng di salah sudut jalan dekat pasar lama Lahat. Masyarakat setempat pun turut serta kongkow -kongkow bersama kami dan ritual minum kopi mencairkan suasana. 

Ngopi bareng Bupati Lahat Haji Saifudin Aswari Riva’i
Mengenai citra Lahat yang sudah berubah, Aswari, salah seorang penduduk mengatakan, “Lahat sudah berubah. Citra buruk mulai ditanggalkan dan masyarakat mulai terbuka dengan tamu dari luar. Kami sejalan dengan tim Terios 7 Wonders untuk mengangkat kembali kopi Lahat yang sempat kondang,” pungkasnya optimis.

Setelah puas ngobrol hingga malam dan istirahat, esoknya, kami menyambangi home industri pengolahan kopi tradisional milik Zahari Cikman yang memulai industri ini sejak 1980. 

Aroma kopi sudah menyerbu bulu hidung tim Terios 7 Wonders, ketika masuk ke pabrik. Proses memproduksi kopi unggulan ternyata cukup rumit juga. “Penentuan kualitas kopi bisa lewat kadar kering bijinya. Umumnya dari petani kadarnya mulai dari 15% hingga 17%. Butuh pengeringannya, 4 hingga 6 hari dari petani. Kami masih menerima pasokan dari sejumlah sentra perkebunan seperti Mula, Perangai, Gumai dan lainnya,” papar Zahari Cikman.

Pemasarannya dilakukan hingga keluar Lahat seperti Rajabasa, Palembang dan lainnya. Kapasitas produksi pabrik Pak Cikman mencapai100 kilogram/ hari. Usaha pabrik rumahan itu dibantu oleh semua keluarga dan tetangga. Mulai dari proses pemilihan, packing hingga pemasaran.

Cikman merupakan salah satu pelaku yang ingin mengembalikan kejayaan kopi Lahat yang sempat terkenal. Keinginannya didukung oleh Bupati Haji Saifudin Aswari Riva’i. Upaya pak Bupati dan Cikman mengembalikan kejayaan kopi Lahat memang butuh dukungan semua pihak. 

Dalam hal ini tim Terios 7 Wonders telah menorehkan jejak-jejak sejarah yang tak kecil dalam rangka memahat kembali kebangkitan sentra-sentra penghasil kopi terkenal di bumi Lahat.
Jajal Kebun Kopi Lahat
Trek menuju Pagaralam


2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...