Sabtu, 30 Agustus 2014

(Terios 7 Wonders) Sentuhan Hangat Kopi Pagar Alam

Sidak, petani kopi di kebunnya. (Daihatsu.co.id)
Sambil menunggu pemberangkatan menuju Pagaralam, gelas-gelas kopi beredar silih berganti mengisi obrolan yang tak putus mengenai keunggulan dan rasa kopi Nusantara. Selain Lahat, Pagar Alam sebetulnya adalah pemasok kopi ke Lampung.

Sebagian besar kopi dari Kota Pagaralam dijual ke Lampung, Seketika itu juga, kopi Pagaralam berubah menjadi kopi Lampung. Pagaralam punya kopi, Lampung yang punya nama. Ironis juga ya.

Mengapa begitu? Menurut info di Kota Pagaralam sampai saat ini belum ada pabrik pengelola kopi dengan skala besar, hal itu memaksa petani untuk menjual biji kopi mentah-mentah ke daerah lain,ke Lampung utamanya. 

Hari mulai matang siang, kami beranjak Pagar Alam. Tak jauh rupanya. Hanya berjarak hanya 48 kilometer dari Lahat. Ya, Hanya 48 km saja, namun medan yang harus ditempuh betul-betul seperti menembus pagar-pagar alam. 

Nah, di trek ini, performa Terios mulai mendapat ujian. Jalan berkelok dan berbukit plus bebatuan menjadi menu. Untungnya, suspensi Terios mampu meredam itu dan perjalanan tetap nyaman.Seperti namanya, Pagaralam memang daerah perbukitan. Jalannya tentu didonimasi turunan, tanjakan dan kelokan tajam. 

Untungnya, udara sejuk dibarengi pemandangan alam hijau mendominasi Pagar Alam. Sepintas guratan alam mengingatkan Puncak Jawa Barat tempo dulu yang segar nan sejuk. Sesaat tiba di Pagar Alam, kami singgah di salah satu kedai makan, Kedai 88. Tidak lupa, sajian kopi menjadi pilihan. 

Serbuan aroma kopi, menggelitik bulu hidung ketika tim Terios 7 wonders menyikat habis kudapan yang disediakan. Aroma kopi asli Pagar Alam begitu menggoda. Aromanya khas dan lebih lembut saat diminum. Bagi penggemar kopi, kenikmatan dan rasanya tidak bisa dilupakan. 

Di kaki Gunung Dempo, sejauh mata memandang, hamparan kebun kopi terlihat menghiasi lereng dan lembahnya. Kami penasaran segera ke salah satu perkebunan kopi khas ini. Memang bukan saat tepat berkunjung. Maklum bukan momen panen. Namun demikian bukan berarti, para petani penggarap kopi melakukan aktivitas di luar momen itu.

Pemeliharaan kebun dan pohon mesti dilakukan tiap hari. “Meski tidak tiap hari, kami menjaga kondisi pohon seperti daun yang sehat dan tidak jarang memetik biji kopi yang ranum. Kalau saat panen, kami bisa mencapai 5 keranjang/ orang,” cerita Ambiak, petani asal Pagar Alam. 

Setelah biji kopi dipetik, cangkangnya dikelupas. “Sehari bisa memroses sekitar 100 kilogram dan hanya 60 kilogram yang dihasilkan. Sementara sisanya, kami jadikan pupuk untuk kesuburan tanah,” papar Alpian yang sedang mengupas dan memisahkan kopi.

Beruntung, tim Terios 7 Wonder bisa menyaksikan proses pengolahan kopi terkenal di daratan Andalas ini. 

Puas menyaksikan proses pemisahan biji dan cangkangnya, kami langsung diundang untuk makan siang oleh tuan rumah di tepi sungai. Bukan perkara mudah menuju lokasi. Ketiga Terios mesti melintas genangan air sungai dan jalan tidak rata. Toh, inilah sensasinya. Saung di pinggir sungai, tim makan siang. Suara alam serta gemercik arus sungai menemani makan siang special kami.

Sekali lagi aroma kopi Pagar Alam tidak alpa disuguhkan menemani kami usai makan siang spesial itu. Mantap.
Mesin penggiling kopi (Daihatsu.co.id)
Ditrabas aja. Enjoy. (Daihatsu.co.id)
Kopi hasil penggilingan dan siap dipasarkan (Daihatsu.co.id)

4 komentar:

  1. gak bayangin bisa liat proses pembuatan kopinya gimana pasti seruuu banget :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul. sangat menarik. mudah-mudahan kita bisa kebagian perjalanan bersama terios. Sukses yaa.

      Hapus
  2. Saya suka ngopi, lebih2 mencicipi kopi khas suatu daerah. Hmm, aromanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti sambil bayangin ngopi di salah satu sentra kopi di sumatra yaa

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...