Upaya Pengenalan Terus Diusahakan Tanpa Henti
Sukabumi, Kompas - Pencegatan konvoi Tentara Sekutu dari Jakarta menuju Bandung di Desa Bojong- kokosan, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi pada 9 Desember 1945 belum dicatatkan dalam sejarah nasional Indonesia. Padahal, peristiwa itu layak disejajarkan dengan peristiwa 10 November di Surabaya.
Pencegatan konvoi di Bojongkokosan itu juga diyakini sebagai peristiwa pembuka Bandung Lautan Api 24 Maret 1946. Pengelola Museum Palagan Bojongkokosan, Sudrajat menuturkan, peristiwa Bojongkokosan terjadi setelah pejuang yang terdiri dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan laskar rakyat menerima informasi dari Bogor bahwa pasukan Sekutu akan melakukan konvoi dari Jakarta menuju Bandung.
Sebelumnya, pasukan Sekutu sudah mendarat di Kalijati, Subang menggunakan pesawat. Konvoi pasukan itu untuk menambah kekuatan Sekutu di Bandung.
Selain itu, mereka juga bertugas mengambil tawanan Jepang yang sudah dalam pengawasan TKR. Ini menyebabkan gelombang perlawanan terhadap Sekutu terajadi di seluruh Pulau Jawa.
Menurut informasi yang diterima pejuang Indonesia, hanya ada dua truk pasukan Sekutu yang akan melalui jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur- Bandung.
Kenyataannya, ada sekitar 100 pasukan yang beriringan dengan dikawal kendaraan lapis baja dan senjata modern. Pada pukul 15.00 pasukan Sekutu tiba di jalan yang berada di antara dua tebing di Bojongkokosan.
Kendaraan pengawal terjebak lubang yang sudah disiapkan oleh pejuang. Tembak-menembak pun terjadi hingga pukul 17.00. Pasukan Sekutu berhasil melanjutkan perjalanan ke Sukabumi. Namun, perlawanan terhadap mereka masih terus terjadi di sepanjang jalan. Hari berikutnya, pasukan udara Sekutu membombardir Cibadak, tempat antara Bojongkokosan dan Sukabumi. Dalam pertempuran Bojongkokosan hingga pengeboman Cibadak, 73 pejuang dan rakyat Indonesia tewas. Sementara itu, 50 tentara Sekutu tewas, 100 tentara luka, dan 30 lainnya hilang.
Salah satu perwira Sekutu wilayah Jawa Barat yang namanya hingga kini belum diketahui juga tewas dalam pertempuran itu. Ini
yang membuat peristiwa Bojongkokosan menjadi perhatian media internasional waktu itu.
Kendati demikian, ujar Sudrajat, peristiwa yang mengawali Bandung Lautan Api itu hingga kini belum dicatatkan dalam sejarah nasional yang diajarkan di sekolah-sekolah selain di Sukabumi. Di Jawa Barat, peristiwa Bojongkokosan 9 Desember ditetapkan sebagai Hari Juang Siliwangi sejak tahun 2004. Abdurachman, Kepala Seksi Museum dan Kepurbakalaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi mengatakan, sejak bergulirnya otonomi daerah, sudah dilakukan upaya-upaya untuk mendorong peristiwa Bojongkokosan bisa dicatat sebagai salah satu peristiwa sejarah nasional.
Saat ini, sudah tak ada alasan lagi pencegatan konvoi pasukan Sekutu di Bojongkokosan itu ditutup-tutupi. Sudah selayaknya semangat perjuangan yang sudah ditunjukkan oleh masyarakat Jawa Barat diakui dalam sejarah nasional. (d03)
aya memori kang di BJkokosan
BalasHapussok atuh dongengkeun. resep meureun
BalasHapusmerdeka!
BalasHapusklo Bandung Lautan Api tuh ceritanya gmana kang??
BalasHapuskakek saya sendiri termasuk pejuang yg ikut bertempur di bojong kokosan. Yah, ini harus diangkat dan diakui secara nasional. Kisah2 seperti ini harus dikumandangkan lagi, krn kita semua sudah mulai 'kering' patriotisme.
BalasHapuswaah, kumaha atuh dongengna?
BalasHapus